Mengurangi Penyebaran Covid-19 di Rumah Sakit dengan Desain HVAC yang Tepat

Perkembangan Penyebaran Covid-19

Akhir April 2020 lalu, Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas melalui telekonferensi dari Istana Merdeka Jakarta, diterapkannya perlindungan optimal bagi perawat, dokter, dan tenaga medis lainnya dalam penyebaran Covid-19.

Menurut penelusuran Kontraktor HVAC , perintah itu didasari oleh Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) yang mengonfirmasi bahwa tidak lebih dari 24 dokter meninggal akibat virus Corona.

Memang, hampir semua negara melaporkan kejadian kejadian penyebaran Covid-19. Di setiap harinya, mereka mengabarkan jumlah pasien yang positif, sembuh, maupun meninggal.

Di antara mereka yang meninggal itu, yang menjadi keprihatinan bersama tenaga kesehatan baik dokter, perawat, maupun tenaga kesehatan lainnya yang gugur dalam perang melawan virus itu.

Melihat kondisi ini, Kontraktor HVAC merasa perlu memberikan pengalaman sebagai ahli sistem tata udara untuk mengurangi penyebaran Covid-19 di rumah sakit.

Tentunya pengalaman yang dibahas khusus dalam bidang tata udara. Hal ini juga sebagai bentuk dukungan terhadap perintah untuk mengoptimalkan perlindungan bagi petugas medis yang.

Baik yang diterima oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit pasien dengan penyakit menular seperti penyebaran Covid-19 harus dirawat di ruang isolasi infeksi udara.

Ruang isolasi infeksi udara ini harus memenuhi persyaratan kinerja. Diantaranya adalah:

  • Ruang isolasi infeksi harus setidaknya 12 perubahan udara per jam, semuanya habis langsung di luar.
  • Setiap kamar berada pada tekanan negatif. Yang artinya, koridor udara ditarik ke dalam ruangan dan kemudian habis. Tujuannya adalah melindungi pasien lain, staf medis, dan siapa saja yang ada di rumah sakit. Menerapkan tekanan negatif sangat penting ketika ruangan lain di rumah sakit digunakan sebagai ruang rawat inap.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit juga menyarankan agar pasien tidak ditempatkan di ruangan di mana udara diresirkulasi tanpa filter HEPA.

Area tunggu untuk ruang gawat darurat rumah sakit harus diberi kipas angin, karena mungkin ada pasien yang tidak terdiagnosis. Ini stroke jumlah partikel virus yang bergerak di udara.

Bagaimana Rumah Sakit Mengelola Kualitas Udara Dalam Ruangan?

Di rumah sakit, sebagian udara dikondisikan dan disalurkan ulang ke seluruh tempat. Untuk melindungi pasien dan penghuni rumah sakit, sistem penangan udara mengandalkan dilution dan filtrasi.

Pengenceran mengacu pada laju perubahan udara, yakni volume udara ditambahkan atau dihilangkan dari ruang per unit waktu. Rumah sakit biasanya memiliki tingkat perubahan udara yang tinggi, untuk menjaga lingkungan yang aman dan higienis.

  • Unit penanganan udara rumah sakit yang memiliki filter akhir dengan efisiensi minimal MERV 14. Jenis filter ini dapat menghilangkan 75 persen partikel mulai dari 0,3 hingga 1,0 mikron, dan 95 persen dari partikel yang lebih besar.
  • Dalam beberapa kasus, rumah sakit lebih suka menggunakan filter HEPA sebagai filter akhir, yang menangkap 99,97% dari partikel yang berukuran 0,3 mikron.

Terkait kemampuan HEPA filter rumah sakit menjebak virus COVID-19 telah dipertanyakan. Karena masing-masing virion mengukur antara 0,06 dan 0,14 mikron.

Namun, virus biasanya dikeluarkan dalam butiran air liur (droplet), yang merupakan partikel yang lebih besar. Berdasarkan informasi tersebut dan rekomendasi CDC, bahwa pernyataan penyaringan HEPA dapat membantu penyebaran virus corona.

Perlu diingat bahwa tidak ada satu jaminan pasti yang tidak dapat dipercaya oleh Covid-19 dengan 100%. Namun, tingkat media yang bocor ketika beberapa langkah digunakan secara bersamaan.

Diantaranya ialah ventilasi yang efektif, jarak fisik dan APD yang memadai untuk tenaga medis.

Agar berhasil menggunakan filter HEPA di HVAC, filter harus direkayasa ke dalam instalasi HVAC dan penanganan unit udara. Berikut kami sajikan tipsnya

  • Filter HEPA harus memiliki ukuran dan efisiensi yang pas dan benar, karena kebocoran udara di sekitar tepinya membuat HEPA tidak efektif.
  • Juga, penanganan unit kipas udara harus memiliki daya yang cukup untuk mengatasi penurunan tekanan yang disebabkan oleh filter HEPA.
  • Virus dan kuman lain dapat dikontrol dengan lebih efektif ketika filter HEPA digabungkan dengan Ultraviolet Germicidal Irradiation (UVGI).

Aspek desain lain yang perlu dipertimbangkan adalah tingkat kelembaban relatif. Sebagaimana yang kita ketahui, virus COVID-19 adalah jenis virus baru, tetapi penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh ASHRAE dan lembaga lain menemukan bahwa penularan virus secara umum cenderung menurun pada 40-60% RH.

Karena itu, rumah sakit harus memantau kelembabannya dan menjaganya dalam kisaran ini. Sebab kontrol kelembaban dapat membantu mencegah penyakit menular secara umum.

KONSULTASIKAN PROJEK ANDA KEPADA KAMI

Dengan pengalaman selama 15 tahun, kami menyelesaikan berbagai projek tata udara dalam hal Instalasi (Heating, Ventilating, & Air Conditioning) & Pengadaan 

Diantara nya: Rumah Sakit, Apartemen, Industri, Pemerintahan, Rumah Ibadah, Perumahan.

Isi formulir di bawah ini untuk mendapatkan pelayanan terbaik dari kami

Write a Reply or Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.